Minggu, 06 April 2014

Manajemen Rantai Pasok Tebu di Indonesia (Bagian I)

29 Juli 2013

Manajemen Rantai Pasok (supply chain management) adalah rencana, implementasi, koordinasi dan pengendalian terintegrasi dari keseluruhan proses dan aktivitas bisnis yang diperlukan untuk memroduksi, mengantarkan produk seefisien mungkin dan memenuhi kebutuhan pasar. Proses bisnis sendiri adalah suatu set aktivitas yang dirancang terstruktur dan terukur untuk menghasilkan suatu output khusus untuk pasar pelanggan tertentu. Proses bisnis berkaitan dengan manajemen pengembangan produk baru, pemasaran, pendanaan dan hubungan dengan pelanggan.
Analisis rantai pasok secara ideal harus dievaluasi dalam konteks jejaring kerja rantai pangan. Karakteristik jejaring kerja rantai pangan terbagi dua, meliputi rantai agrifood untuk produk segar dan rantai agrifood untuk produk pangan. Pada rantai kedua, produk pertanian digunakan sebagai bahan mentah untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan konsumen dengan nilai tambah tinggi. Umumnya, proses pengolahan akan memperpanjang shelf-life produk. Pada konteks ini, manajemen rantai pasok tebu masuk dalam rantai agrifood untuk produk pangan.
Selayang Pandang Produksi Tebu
Gula adalah satu dari sembilan bahan pokok di Indonesia. Dengan demikian, industri tebu dikatakan sebagai elemen penting untuk menggerakkan ekonomi nasional. Industri tebu melibatkan sekitar sejuta petani tebu dan jutaan orang (sopir truk tebu, pabrik gula, karyawan produsen alat mesin pertanian) dan sektor pendukung lainnya (industri makanan dan minuman, industri kemasan dan lain-lain). Industri tebu adalah satu dari kekuatan ekonomi perdesaan harus didorong agar dapat memberikan multiplier effect optimal. Dampak sosial-ekonomi, khususnya pada lingkungan perdesaan dapat menjadi pilar sistem mutu pada budidaya tebu.
Industri gula saat ini didukung oleh 62 pabrik gula (PG) yang terdiri dari 51 PG BUMN dan 12 PG swasta. Konsumsi gula nasional untuk tahun 2014 adalah 5,7 juta ton yang terdiri dari 2,95 juta ton GKP (gula kristal putih) dan 2,75 juta ton GKR (gula kristal rafinasi. Dengan kapasitas giling 62 PG sekitar 205.000 TCD (ton cane per day), seharusnya PG-PG di Indonesia dapat memroduksi 3-3,5 juta ton gula per tahun (PTPN X. 2013).
Dewasa ini, tidak terpenuhinya produksi gula untuk memenuhi konsumsi nasional disebabkan oleh beragam masalah dan kelemahan yang terjadi di lapangan baik dari sisi manajemen on farm dan off farm. Permasalahan yang terjadi di sektor on farm akan berdampak pada sektor off farm dan sebaliknya. Sejak tahun 2009 hingga tahun 2013F (forecasting-red), pemenuhan konsumsi gula nasional oleh PG hanya bergerak pada interval 48-56%. Artinya, program swasembada gula tahun 2014 yang diisukan sejak lima tahun silam terancam gagal jika tidak ada inovasi dan terobosan dari para pemangku kepentingan industri tebu.
Parameter Tebu: Persyaratan Tebu Sebagai Bahan Baku untuk Menghasilkan GKP
Untuk bertransformasi menjadi GKP kualitas tinggi, tebu harus melewati proses produksi gula yang rumit. Dalam PG, terjadi beberapa tahap proses yang lama dan melibatkan fenomena ekstraksi, reaksi kimia, pemisahan, penguapan, kristalisasi, pengeringan dan pendinginan. Maka dari itu, tebu sebagai bahan baku dalam industri gula harus memenuhi standard mutu tebu yang disebut MBS (manis, bersih, segar).
Produktifitas gula dapat dicapai dengan menyiapkan bibit tebu yang murni, sehat (bebas pestisida), dan produktif (viabilitasnya tinggi). Ada dua cara untuk pembibitan tebu, yaitu cara konvensional dan kultur jaringan. Pembibitan konvensional biasanya diambil dari bibit tebu berumur enam hingga tujuh bulan. Pembibitan konvensional tidak bebas dari pestisida dan penyakit karena proses produksinya dilakukan di lahan. Hal ini berbanding terbalik dengan pembibitan dengan menggunakan kultur jaringan. Sehingga, pembibitan dengan kultur jaringan lebih direkomendasikan untuk meningkatkan produktifitas gula. (OPI_Sekper)
Dirangkum dari paper Sugarcane Supply Chain Management in Indonesia yang dipresentasikan dalam International Workshop on Agri-Supply Chain Management, Surabaya, 1 Juli 2013


Pendapat Pembaca:




Sumber: http://www.bumn.go.id/ptpn10/publikasi/berita/manajemen-rantai-pasok-tebu-di-indonesia-bagian-i/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar