Hari ini persis satu tahun pasca gempa dahsyat berkekuatan 7,6 skala  richter (SR) mengguncang Padang, Sumatera Barat. Dini hari tadi juga  terjadi gempa berkekuatan 7,4 SR di Kaimana, Papua Barat.  
Gempa  yang terjadi semalam di Papua Barat mengindikasikan adanya pergerakan  gempa dari kawasan Indonesia Timur menuju Jawa dan Sumatera. 
Menurut  Staf Ahli Presiden Bidang Bencana dan Sosial Andi Arief, karena  pergerakan gempa di lokasi yang sangat dalam itu, sejumlah daerah di  Pulau Jawa berpotensi terkena rambatan gempa. Itu adalah Ujung Kulon,  Tasikmalaya, hingga Jakarta. Gempa yang berpusat di kedalaman tinggi  oleh para ahli diiyakini berpotensi merambat. 
"Karena, bila Ujung Kulon dan Tasikmalaya terjadi gempa, itu akan  sangat terasa di Jakarta. Bila Ujung Kulon gempa besar, Jakarta bisa  roboh seperti Meksiko," kata Andi Arief kepada VIVAnews.com, Kamis 30 September 2010. "Apalagi tanah di Jakarta Utara sangat labil dan lempung."
Tanda-tanda  pertama adanya rambatan gempa menuju Jawa terlihat saat terjadi gempa  26 September lalu di Kepulauan Aru, Maluku, yang mencapai 7,1 SR.  Pergerakan semakin kentara dengan adanya gempa Baubau, Sulawesi  Tenggara, yang berkekuatan 5,2 SR dan di Laut Banda, Aceh, 5,2 SR.   
Selain  itu, juga pada gempa lainnya, pada 29 September kemarin saat terjadi  gempa 6,8 SR di kedalaman 257 kilometer. Rambatan gempa menuju Jawa itu  juga terlihat saat terjadi gempa di Kepulauan Andaman (India) dua hari  lalu yang muncul bersamaan gempa Aceh. 
"Jadi, kita tinggal  menunggu gempa di sepanjang Sumatera dan Jawa. Mudah-mudahan tidak  terlalu besar," kata Andi. Analisa ini didasarkan pada data statistik  rambatan. 
Dua daerah Sumatera yang berpotensi terkena gempa rambatan adalah di Bengkulu dan Mentawai.
Mentawai diprediksi tak lama lagi berpotensi diguncang gempa besar  berkekuatan 8,1 SR. "Kita tidak bisa tahu itu kapan terjadi," kata Andi.  
Meski demikian, Andi mengimbau warga Ibukota tak perlu panik.  Soalnya, gempa tak bisa dihindari. Yang perlu dilakukan adalah  menyiapkan tindakan antisipatif. 
"Saat ini yang diteliti baru dua patahan, Sumatera dan Lembang. Jadi masih banyak gempa-gempa tak bertuan," kata Andi.
Maka itu, masih diperlukan banyak riset untuk mengidentifikasi  patahan-patahan di Indonesia. Untuk itu, tim Andi telah mengajak  Institut Teknologi Bandung membuat studi pascasarjana tentang ilmu  gempa. (kd)
sumber: VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar