Setiap negara yang berdaulat memiliki kebijakan
yang mengatur hubungannya dengandunia internasional, baik dengan negara maupun
komunitas intenasional lainnya. Kebijakantersebut
nerupakan bagian dari politik luar negeri yang dijalankan negara dan merupakanpencerminan
dari kepentingan nasionalnya. Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat
jugamenjalankan politik luar negeri yang senantiasa berkembang disesuaikan
dengan kebutuhan.dalam negeri dan perubahan situasi internasional. Ini adalah
sebiuh manuver penting sebagaibentuk power
selain ekonomi dan militer yang membuat sebuah negara diperhitungkan. Politik luar negeri dapat diartikan sebagai
strategi da taktik yang digunakan suatuNegara dalam hubungannya dengan
negara-negara lain. Dalam arti luas, politik luar negeriadalah pola
perilaku yang digunakan oleh suatu Negara dalam hubungannya dengan negara-negara lain. Politik luar negeri berhubungan
dengan proses pembuatan keputusan untukmengikuti pilihan jalan tertentu. Menurut
buku Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri Republik
Indonesia (1984-1988), politik luar negeri
diartikan sebagai “suatukebijksanaan
yang diambil oleh pemerintah dalam rangka
hubungannya dengan duniainternasional dalam usaha
untuk mencapai tujuan nasional, atau dapat juga kita artikan bahwapolitik luar negeri adalah sebuah alat bagi
negara untuk memenuhi national interestnya”.Pengertian Politik Luar Negeri RI
dapat ditemui didalam pasal 1 ayat 2, Undang-Undang No. 37 Tahun 1999
tentang Hubungan Luar Negeri yang menjelaskan bahwa Polugri RepublikIndonesia
adalah : “kebijakan, sikap dan langkah Pemerintah Republik Indonesia yang
diambildalam melakukan hubungan dengan negara lain, Organisasi Internasional,
dan subjek hukuminternasional lainnya dalam
menghadapi masalah internasional guna mencapai tujuan nasional”Indonesia
sebagai negara yang besar telah mengalami pasang surut dalam politik
luar negerinya. Berbagai peristiwa yang mewarnai perkembangan negara ini
membawa Indonesiasemakin matang dalam pengambilan keputusan untuk mencapai
tujuan dari politik luar negeriitu sendiri. Indonesia sebelum kemerdekaannya,
telah menggunakan diplomasi sebagai caraatau alat untuk memperoleh kemerdekaan
tersebut. Bahkan, pengakuan secara de facto ataskeberadaan Indonesia bukanlah
diperoleh melalui angkat senjata tetapi negosiasi yang alot dimeja perundingan. Sungguh, diplomasi telah
menjadi cara utama untuk mencapai tujuan-tujuandari politik luar negeri
Indonesia dengan hubungannya terhadap negara-negara lain.Dengan semakin
berkembangnya Indonesia, kebijakan politik luar negeri yang munculjuga semakin kompleks. Bagaimanapun juga, dengan
perubahan-perubahan kapabilitas negaradan stabilitas politik dalam
negeri memberikan pengaruh yang sangat besar demi tercapainyatujuan tersebut. Namun,
terlihat jelas, tidak hanya dipengaruhi oleh dinamika politik domestik,Politik luar negeri Indonesia sekarang ini juga
dipengaruhi oleh fenomena-fenomena yangmuncul dalam hubungan
internasional. Ia tidak sekedar berubah karena adanya pergantiaanOrde, dari
Orde Kemerdekaan hingga Reformasi, tetapi kekuatan tersebut juga dipengaruhioleh dinamika sistem internasional itu sendiri.Untuk mengkaji lebih dalam saya akan membagi
perkembangan Politik Luar NegeriIndonesia ini dalam pembagian
berdasarkan orde, yakni sejak Orde awal kemerdekaan hinggareformasi dan era demokratisasi yang sedang
berlangsung di Indonesia saat ini.
Selama 65 tahun kemerdekaan Indonesia, ia mengalami
berbagai dinamika yangmenimbulkan
pasang-surut dari diplomasi dan politik luar negeri. Pergantian kepemimpinanyang telah berlangsung enam
kali menandakan maju mundurnya proses
demokrasi diIndonesia yang juga mempengaruhi kebijakan negara
dalam mencapai tujuan dari diplomasi.Pada setiap periode pemerintahan juga
terjadi pemaknaan yang bervariasi terhadap prinsip-prinsip yang menjadi landasan dalam perumusan dan pelaksanaan politik
luar negeri indonesia.Perbedaan interpretasi tersebut diantaranya
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang terjadi didalam negeri maupun di luar
negeri. sementara itu, terdapat prinsip atau landasan yang tetapdipertahankan, namun mengalami persoalan dalam
relevansi dan dilema karena dianggapsudah
tidak sesuai dengan perkembangan dan perubahan situasi yang demikian
cepat.Untuk memahaminya lebih lanjut, kekuatan diplomasi dan politik Indonesia
jelas terlihatmelalui pembagian-pembagian periode Orde yang menyertainyaA. Politik
Luar Negeri Indonesia pada masa awal KemerdekaanPeriode awal kemerdekaan Indonesia yang dimulai sejak Soekarno dan Moh. Hattamemproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari
tangan penjajah pada 17 agustus 1945,bagaimanapun juga telah membawa
bangsa ini menuju suatu Era yang baru dimana Indonesiaresmi menjadi sebuah Negara. Sebagai sebuah negara yang baru tentu saja
Indonesiamembutuhkan pengakuan dari
Negara lain bahwa negara Indonesia sudah berdiri dan siapuntuk menjadi anggota dari komunitas
Internasional.Landasan operasional dari politik luar negeri Indonesia
dinyatakan melalui maklumatdan pidato-pidato Presiden Soekarno yang dikeluarkan
beberapa saat setelah kemerdekaan,Maklumat
politik pemerintah tanggal 1 November 1945, yang diantaranya memuat hal-halsebagai berikut:
1. Politik damai dan hidup berdampingan secara damai.
2. Politik Tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain.
3. Politik bertetangga baik dan kerjasama dengan
semua negara di bidang ekonomi,politik dan
lain-lain.
4. Politik berdasarkan piagam PBB.
Berdasarkan maklumat tersebut sesungguhnya telah jelas
prinsip yang digunakanIndonesia
dalam pelaksanaan Politik Luar Negerinya, yaitu kebijakan untuk bertetangga
baikdengan semua negara-negara di kawasan,
kebijakan tidak turut campur tangan urusandomestik negara lain dan
mengacu pada Piagam PBB dalam melakukan hubungan dengannegara lain.Tetapi, kedatangan sekutu yang berniat melucuti
senjata Tentara Jepang menimbulkanancaman bagi kemerdekaan yang baru diraih
karena sekutu ternyata ditunggangi oleh NICA(Netherlands Indies Civil
Administration). Tindakan ini jelas memperlihatkan sikap PemerintahBelanda yang tidak mengakui kemerdekaan Republik
Indonesia dan berniat menanamkankembali kekuasaannya atas Indonesia. Kedatangan
Belanda ini semakin memperparah situasipasca kemerdekaan. Ditengah kondisi
membangun negeri ini mlai dari NOL, Indonesia harusmelawan pasukan sekutu dan NICA demi mempertahanlan kemerdekaan yang
telah diraih.Pada masa pasca kemerdekaan (1945-1950), keadaan ekonomi
indonesia sangatlahburuk dan militer Indonesia hanya mengandalkan sisa-sisa
dari penjajah Jepang. Keputusanuntuk melawan
Belanda secara frontal adalah keputusan yang salah, sehingga diplomasidianggap
sebagai cara yang tepat untuk memperoleh pengakuan dari dunia luas. Pihak-pihakyang
mendukung jalur diplomasi seperti Sutan Sjahrir beranggapan bahwa diplomasi
adalahjalan keluar yang paling realistis agar Republik Indonesia di akui secara
de facto oleh duniainternasional khususnya pengakuan kedaulatan dari Belanda. Hal
ini perlu dilakukan karenapada saat itu,
Belanda adalah pihak yang termasuk dalam pemenang Perang Dunia IIsedangkan
Indonesia sama sekali belum dikenal di dunia internasional. Pada saat itu,proklamasi kemerdekaan pun
belum banyak diketahui oleh orang karena
keterbatasanteknologi komunikasi. Sehingga, pengakuan dunia internasional
menjadi penting sebagai modalawal menghadapi kolonialisme Belanda.Pada bulan November 1945, Belanda menutup pintu
perdagangan luar negeri RIsehingga menghambat ekspor Indonesia. Kondisi ekonomi
yang parah semakin memburukdengan banyaknya barang yang bertumpuk di
dalam negeri. Berbagai peperanganpun terjadiantara sekutu dan Indonesia dalam
perebutan kekuasaan. Untuk mengupayakan pengakuanIndonesia dari negara lain,
pada Agustus 1946, Soekarno mengirimkan beras sebagai bantuanIndonesia untuk
rakyat India yang sedang dilanda bencana kelaparan. Diplomasi ini dikenaldengan diplomasi beras. Pemerintah India membalas
dengan mengirimkan obat-obatan,pakaian, dan mesin yang dibutuhkan Indonesia. Ini
dinilai sebagai keberhasilan awal dariproses
diplomasi Indonesia menuju NKRI.Baru,
pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn keIndonesia untuk menyelesaikan perundingan antara
Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7Oktober 1946 bertempat di
Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan
ini menghasilkan persetujuangencatan senjata pada 14 Oktober dan
mencanangkan perundingan Linggarjati yang dimulaitanggal 11 November 1946.4
Dalam perundingan ini, Indonesia diwakili oleh Kabinet Sjahrir IIIyang dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir
dan tiga anggota: Mohammad Roem,Susanto Tirtoprodjo, dan AK Gani. Belanda
diwakili oleh tim yang disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh Schermenhorn dengan anggota Max Van Poll, F de Boer, dan
HJ Van Mook. LordKillearn dari Inggris bertindak sebagai mediator dalam
perundingan ini.Perjanjian Linggarjati dianggap sebagai kekalahan
diplomasi Indonesia karena Belandamengakui secara de facto wilayah Republik
Indonesia yang terdiri dari Jawa, Sumatera danMadura.
Terlebih, Indonesia diakui bukan sebagai NKRI tetapi RIS dengan Ratu Yulianasebagai
kepala perserikatan. Kekalahan ini dianggap sebagai hasil dari lemahnya
kekuatandiplomasi Indonesia pada saat itu hingga menghasilkan pergolakan dan
menguatkan upayarevolusi. Jenderal
Sudirman dan Tan Malaka beranggapan bahwa
berunding denganPemerintahan Belanda tidak ada gunanya
karena hanya merugikan Republik saja, tuntutanMerdeka
100% serta slogan-slogan “merdeka atau
mati” menjadi tujuan perjuanganrevolusioner.Perjanjian
Linggarjati akhirnya dilanggar oleh pihak Belanda dengan melakukan AgresiMiliter I. Kemudian perjanjian
Renville yang mulai melibatkan pihak ketiga
mengalamikegagalan akibat
ketidak patuhan Belanda terhadap isi perjanjian. Kegagalan yang terusberlangsung
dari pihak yang berdiplomasi menimbulkan banyak kecaman dari dalam
negeriterutama bagi mereka yang menuntut gerakan-gerakan revolusioner dan
konfrontasi karenakecewa atas hasil-hasil
yang dicapai selama ini.Hal tersebut yang kemudian membawa Wakil
Presiden merangkap Perdana Menteri RIMohammad Hatta menyampaikan
prinsip-prinsip kebijakan luar negeri RI yang bebas dan aktif di hadapan
Sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 2 September 1948.
Pada pidatonya yang berjudul “Mendayung di Antara Dua Karang”, menegaskan
perluadanya sikap rasional dalam menanggapi permasalahan yang muncul pada
bangsa Indonesiasaat itu.5 Perjuangan melawan kekuatan Belanda yang kala itu
mendapat dukungan dari pihakBarat tidak
serta merta harus dilawan melalui peperangan yang menggunakan media fisik
tetapijuga perlu adanya perjuangan diplomasi.
Tindakan ini yang kemudian ditekankan oleh BungHatta melalui slogan politik
luar negerinya yaitu Politik Bebas Aktif dimana frase tersebut tidakhanya sebuah retorika tetapi ada makna
penting yang tersimpan di baliknya. Makna
Politik Bebas Aktif Perkataan bebas dapat diberi makna
yang kurang baik, apabila dengan
bebasdimaksudkan perbuatan yang sewenang-wenang
dan tidak bertanggung jawab. Dalampenjelasan
ciri-ciri politik luar negeri Indonesia, kiranya perkataan bebas dalam konotasi
yangkurang baik itu dapat sedini mungkin dikesampingkan, mengingat politik luar
negeri Indonesiamemang bukan politik yang
tidak bertanggung jawab.Jadi, bebas dapat didefinisikan sebagai
“berkebebasan politik untuk menentukan danmenyatakan
pendapat sendiri terhadap tiap-tiap persoalan internasional sesuai dengan
nilainyamasing-masing tanpa apriori memihak kepada suatu blok”.A.W Wijaya
merumuskan: Bebas berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh
suatupolitik negara asing atau oleh blok negara-negara tertentu, atau
negara-negara adikuasa (super power). Aktif artinya
dengan sumbangan realistis giat mengembangkan
kebebasan
persahabatan dan kerjasama internasional dengan
menghormati kedaulatan negara lain.Sementara itu Mochtar Kusumaatmaja merumuskan bebas aktif sebagai berikut:
Bebas dalampengertian bahwa Indonesia tidak
memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidaksesuai dengan
kepribadian bangsa sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila. Aktif : berartibahwa di dalam menjalankan kebijaksanaan luar
negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif atas kejadiankejadian
internasionalnya, melainkan bersifat aktif .B.A Urbani menguraikan pengertian bebas sebagai berikut : perkataan
bebas dalam politikbebas aktif tersebut mengalir dari kalimat yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945sebagai berikut : supaya berkehidupan kebangsaan
yang bebas. Jadi menurut pengertian ini,dapat
diberi definisi sebagai “berkebebasan politik
untuk menentukan dan menyatakanpendapat sendiri,
terhadap tiap-tiap persoalan internasional sesuai dengan nilainya masing-masing tanpa apriori memihak kepada suatu blok”.Politik
bebas aktif sejak lahirnya sudah ditakdirkan aktif. Pembukaan Undang-UndangDasar 1945 aline pertama menyatakan: “Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah haksegala
bangsa, dan oleh sebab itu, harus
dihapuskan karena tidak sesuai
denganperikemanusiaan dan perikeadilan.” Kemudian dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945alinea keempat dicanangkan
pula bahwa Indonesia berkewajiban untuk
“ikut sertamelaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dankeadilan social.” Bagaimana gerangan
dapat “menghapuskan penjajahan di atas bumi” danbagaimana pula
mungkin “ikut serta melaksanakan ketertiban dunia,” apabila
Indonesiamenjalankan politik yang
tidak aktif.Pada Desember 1948, Belanda menggelar agresi militer untuk
kedua kalinya terhadapIndonesia. Presiden
Soekarno, Wapres Moh. Hatta dan Menteri Luar Negeri Agus Salimditangkap Belanda di ibukota Yogyakarta dan
kemudian diasingkan ke Pulau Bangka, Sumatra.Sidang Kabinet Darurat RI kemudian
menunjuk Menteri Kemakmuran Sjafruddin Prawiranegaraagar membentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). A.A. Maramis yang saat itusedang berada di New Delhi menjadi Menteri Luar
Negeri PDRI. Ini menimbulkan kecaman bagimasyarakat internasional karena
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi agar Belandadan Indonesia segera
menghentikan segala aktifitas militer. Belanda diminta DK PBB untuksegera melepaskan semua tahanan politik yang
ditahan sejak awal Agresi Militer II. Pada masa-masa ini, mulai terlihat buah
dari hasil perjuangan diplomasi Indonesia.Untuk membantu Indonesia yang
sedang diserang Belanda, India dengan dukunganBirma
menyelenggarakan Konferensi Asia mengenai Indonesia di New Delhi. Konferensidipimpin langsung oleh PM India Jawaharlal Nehru.
Terselenggaranya KKA menjadi poin utamamunculnya
simpati dari dunia internasional terhadap perjuangan bangsa Indonesia
denganpengakuan kedaulatan dari kebanyakan negara-negara di Afrika maupun Asia.
Selain itu,semua delegasi yang hadir saat itu, mulai dari negara-negara Asia
hingga Australia danSelandia
Baru dari Pasifik, mengutuk Agresi Militer II Belanda. Indonesia
juga mendapatbantuan dari
negara tetangga Birma yang memberikan dukungan bagi perjuangan Indonesiamelawan Belanda dengan mengizinkan pesawat
“Indonesian Airways” Dakota RI-001 Seulawahuntuk beroperasi di Birma. Pesawat
Seulawah adalah hadiah dari rakyat Aceh kepada PresidenSoekarno.
Semakin menuju titik kemenangan,
kemudian Konferensi Inter-Indonesiadiselenggarakan diantara “negara-negara federal”
di Hindia Belanda, seperti: Jawa Tengah,Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan
Barat, Dayak Besar. Dalam Konferensi tersebut, negara-negara tersebut mendukung
penyerahan tanpa syarat kedaulatan mereka kepada RepublikIndonesia. Lalu, barulah dengan ditandatanganinya
Persetujuan Meja Bundar di Den Haagpada 27 Desember 1949, konflik
diantara Indonesia dan Belanda berakhir. Di hari yang sama,Wakil Kerajaan Belanda
menyerahkan kekuasaan formal kepada Pemerintah
RepublikIndonesia Serikat (RIS) di Jakarta, yang diwakili oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono IX selakuPenjabat
Perdana Menteri RIS.Keberhasilan
Indonesia dalam merebut kemerdekaan melalui meja perundingan inimenjadi titik tolak dari perjuangan diplomasi
Indonesia mencapai kepentingannya. Betapa padamasa ini, kekuatan diplomasi Indonesia disegani oleh negara-negara lain.
Pada kondisikapabilitas
militer dan ekonomi yang kurang, Indonesia
mampu meraih simpati publikinternasional dan memperoleh
kemerdekaannya dengan diplomasi
B. Politik Luar Negeri Indonesia Pada masa Orde
Lama
Setelah berakhirnya Konferensi Meja Bundar. berlangsung
aksi besar-besaran menuntutdibentuknya
NKRI menggantikan Republik Indonesia Serikat. Hal ini
ditanggapi dengandiadakannya perjanjian oleh tiga negara bagian, Negara
Republik Indonesia, Negara IndonesiaTimur,
dan Negara Sumatera Timur pada 17 Agustus 1950. Sejak itu, Negara Indonesiadiperintah
dengan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950yang menganut sistem kabinet parlementer dan
mulai berlangsungnya Orde Lama.Orde
lama menandakan jalan baru bagi Indonesia untuk membangun negaranyaterbebas
dari ancaman-ancaman sekutu untuk melakukan invasi. Orde ini berlangsung dari
17Agustus 1950 sampai 6 Juli 1959. Dengan terbentuknya NKRI, Indonesia mulai
terlibat secaraaktif dengan hubungan-hubungan antarnegara baik dalam high
politics atau low politics
. Padadasawarsa 1950-an landasan
operasional dari prinsip bebas aktif mengalami perluasan makna.Hal ini
dinyatakan oleh Presiden Soekarno dalam pidatonya berjudul “Jalannya Revolusi
Kita”pada 17 Agustus 1960. Dalam pandangan
Presiden Soekarno, pendirian Indonesia yang bebasaktif itu, secara aktif
pula harus dicerminkan dalam hubungan ekonomi dengan luar negerinyayang tidak berat sebelah ke barat atau ke timur”.Pada
masa kepemimpinan Presiden Soekarno ini Indonesia terkenal mendapat sorotantajam oleh dunia internasional. Bukan hanya
keaktifannya dan juga peranannya di kancahinternasional tetapi ide-ide serta
kebijakan luar negerinya yang menjadi panutan beberapanegara pada saat
itu. Masa orde lama merupakan titik awal bagi Indonesia dalam menyusunstrategi
dan kebijakan luar negerinya. Dasar politik luar negeri Indonesia digagas oleh
Hattadan beliau juga yang mengemukakan
tentang gagasan pokok non-Blok. Gerakan non-Blokmerupakan ide untuk
tidak memihak antara blok Barat yang diwakili oleh Amerika Serikat danblok
Timur yang diwakili oleh USSR. Perang ideologi anatara kedua negara tersebut
merebahke negara-negara lain termasuk ke negara di kawasan Asia Tenggara. Indonesia
merupakannegara pencetus non-Blok dan
menjadi negara yang paling aktif dalam menyuarakan antimemihak antara
kedua blok tersebut. Indonesia juga menegaskan bahwa politik luar negerinya
independen (bebas) dan aktif yang hingga kini kita kenal dengan politik luar
negeri bebas aktif.Indonesia merupakan salah
satu negara yang berani keluar dari PBB dalam menyatakankeseriusan sikapnya.Kemudian inti dari politik luar negeri indonesia
kembali dinyatakan oleh presidensoekarno
dalam “perincian pedoman pelaksanaan manifesto
politik republik indonesia”sekaligus merupakan
garis-garis besar politik luar negei indonesia dengan Keputusan
DewanPertimbangan Agung NP.2/ KPTS/ SD/ I/ 61 tanggal 19 Januari 1961. inti
kebijakan tersebutantara lain berisi tentang
sifat politik luar negeri republik indonesia yang bebas aktif, antiimperalisme dan kolonialisme, dan memiliki tujuan
sebagai berikut:1. mengabdi pada perjuangan untuk kemerdekaan nasional
indonesia.2. mengabdi pada perjuangan untuk kemerdekaan nasional dari seluruh
bangsa di dunia.3. mengabdi pada perjuangan untuk membela perdamaian di
dunia.ketiga tujuan politik luar negeri tersebut pada kenyataannya tidak bisa
dipisah-pisah satu dariyang lain, khususnya dalam perjuangannya untuk membengun
dunia kembali yang aman, adil,dan
sejahtera.Tetapi, pada masa ini, Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno
memiliki kecenderunganuntuk menjalin hubungan yang hangat dengan Uni Soviet
yang berhaluan komunis daripadatetangganya yang berlandaskan demokrasi. Sejumlah
monumen persahabatan Indonesia danUni Soviet
bertebaran di berbagai wilayah Indonesia yang antara lain, Stadion Utama BungKarno,
Pabrik Baja Krakatau Steel, dan jalan raya di Kalimantan dari Palangkaraya ke
Sampit.Pembangunan Stadion Utama Bung Karno
mendapatkan bantuan lunak dari Uni Sovietsejumlah 12,5 juta Dollar AS. Stadion
dibangun mulai tahun 1958 dan pembangunan tahappertama selesai pada tahun 1962Secara jelas terlihat Indonesia
pada saat itu cenderung berporos ke Timur dan dekatdengan negara-negara komunis
seperti Cina dan USSR dibandingkan dengan negara-negaraBarat seperti Amerika Serikat. Presiden Soekarno juga menetapkan politik
luar marcusuar dimaana dibuat poros Jakarta-Peking-Phyongyang. Hal ini
menyulut kontrofersi dimata duniainternasional,
karena Indonesia yang awalnya menyatakan sikap sebagai negara non-Blokmenjadi
berpindah haluan. Hal ini membuat tidak berjalan dengan efektifnya politik luar
negeribebas aktif saat itu.Hubungan
Indonesia dengan Barat tidaklah harmonis. Indonesia
pada masakepemimpinan Soekarno
memperlihatkan sifat-sifat militan dan cenderung konfrontatif terhadapsegala
unsur yang diidentifikasi sebagaiimperialisme
. Dalam hal ekonomi, Soekarno mengatur segala rencana pembangunan
ekonomi dan memiliki semboyan BERDIKARI
yangmerefleksikan pendirian anti-Barat. Karena inilah, secara umum
hubungan Indonesia dengannegara – negara
Barat bisa dikatakan tidak harmonis.
C. Politik Luar Negeri Indonesia pada masa Orde
Baru
Pergantian kekuasaan dari rezim Orde Lama yang dipimpin
Soekarno menuju rezimOrde
Baru yang dipimpin Soeharto memberikan perubahan yang cukup mendasar dalam
sifatdiplomasi Indonesia. Soekarno dengan haluan politik luar negeri yang
revolusioner dan anti-imperialisme bersifat sangat konfrontatif. Sebaliknya,
setelah memasuki rezim Orde Baru, sifatpolitik
luar negeri Indonesia yang konfrontatif tersebut berganti dengan politik yang
bersifatkooperatif. Pada rezim Orde
Baru, hubungan yang tidak baik dengan Barat mulai diperbaiki. Halini
dilakukan terutama karena orientasi politik luar negeri Indonesia berubah
haluan menjadipembangunan ekonomi dalam
negeri melalui kerja sama dengan negara-negara lain.Walaupun Orde Baru
dianggap bobrok, namun kekuatan diplomasi Indonesia dianggapkembali pada
kejayaannya dengan kembali diperhitungkannya keberadaan Indonesia dalamkancah
politik dan ekonomi. Indonesia dipandang sebagai negara tempat berinvestasi
yangmenjanjikan dan suara Indonesia didengarkan di kawasan Asia Tenggara. Pada
masa ordebaru, landasan operasional politik luar negeri indonesia kemudian
semakin dipertegas denganbeberapa peraturan
formal, diantaranya adalah ketetapan MPRS no. XII/ MPRS/1966 tanggal 5Juli 1966
tentang penegasan kembali landasan kebijaksanaan politik luar negeri indonesia.
TAPMPRS ini menyatakan bahwa sifat politik luar negeri indonesia adalah:1. Bebas aktif, anti-imperealisme dan kolonialisme
dalam segala bentuk manifestasinyadan
ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.2. Mengabdi kepada kepentingan nasional dan amanat penderitaan
rakyat.Pemerintah Orde Baru
menyadari bahwa untuk melakukan pembangunan,
Indonesiamembutuhkan dana yang sangat besar. Karenanya kerja sama
dengan negara-negara lain inimulai dibuka
untuk mendapatkan bantuan luar negeri demi melaksanakan pembangunanekonomi
dalam negeri. Diplomasi yang dilakukan oleh Orde Baru banyak disebut sebagai”Diplomasi Pembangunan” ( Diplomacy For Development ).
Salah satu hasil diplomasipembangunan Orde Baru terkait dengan upaya untuk mendapatkan bantuan
luar negeri adalahInter-Governmental Group on Indonesia
(IGGI/Kelompok
Antarpemerintah MengenaiIndonesia).Usaha
untuk membentuk IGGI tersebut mulai dilakukan pada bulan September 1966dalam pertemuan antara 12 negara kreditor yang
dilaksanakan di Tokyo untuk mengetahuirencana Indonesia dalam memperbaiki
keadaan ekonomi dan evaluasi IMF akan rencanatersebut. Dalam forum ini,
Indonesia berhasil menggalang dukungan dan menegosiasikanutangnya kepada
para kreditur dalam forum Paris Club dan dirasakan perlunya forum
antar pemerintah untuk membantu
pembangunan di Indonesia, baik berupa dana maupun pemikiran.Kesepakatan
untuk membentuk sebuah forum formal dalam rangka membantu perekonomianIndonesia
dicapai pada pertemuan ini. Hal ini dapat dikatakan sebagai sebuah keberhasilandiplomasi pembangunan waktu itu. Pada tanggal 20
Februari 1967, IGGI dibentuk melalui pertemuan
formal di Amsterdam yang dihadiri oleh sejumlah negara kreditor utama danlembaga Internasional.Diplomasi pembangunan
Indonesia pada masa awal Orde Baru
tersebut dapat dikatakan berhasil dalam memperoleh bantuan
luar negeri. Hal ini sesuai dengan tujuan dari diplomasi ekonomi, yaitu mengamankan resourcese ekonomi yang
berasal dari luar negeri untuk pembangunan ekonomi luar negeri. Dalam hal
ini,resources ekonomi utama yang berusahadiamankan adalah bantuan luar negeri
yang berasal dari negara – negara maju. PembentukanIGGI ini dapat kita anggap sebagai pelaksanaan dari teoricontainment untuk mencegahIndonesia
kembali memihak blok Timur seperti pada masa Demokrasi Terpimpin. Indonesia
dinilai sebagai sebuah negara yang sangat strategis dalam pelaksanaan teori containment inikarena merupakan negara Asia Tenggara yang cukup terkemuka. Karena itu,
penanamanpengaruh blok Barat pada Indonesia dinilai sangat penting untuk
menjaga dan meningkatkanpengaruh blok Barat di kawasan Asia Tenggara.
Masuknya bantuan luar negeri tersebut jugabertujuan untuk mengendalikan
berbagai kebijakan dalam negeri Indonesia. Hal ini bertujuanuntuk mengamankan kepentingan
para negara kreditor tersebut di Indonesia,
terutamakepentingan ekonomi.Sesuai dengan perspektif realis yang
menyatakan bahwa pemberian bantuan luar negeripada dasarnya dilakukan atas
dasar kepentingan negara pemberi bantuan tersebut. Pemberianbantuan dengan tujuan seperti ini membuat
Indonesia terjebak dalam kondisi dependensi.Indonesia menjadi sangat tergantung dengan bantuan asing tersebut, yang
terlihat daridimasukkannya hutang
luar negeri dalam daftar sumber dana APBN. Ketergantungan terhadapsumber
pendanaan asing ini memungkinkan intervensi pihak asing terhadap berbagai
kebijakanpemerintah. Dengan begitu,
lewat bantuan luar negeri, maka negara – negara Barat dapatmengontrol
kehidupan politik dan ekonomi dalam negeri. Hal ini terlihat dari penguasaan
pihakasing terhadap sumber daya alam di
Indonesia, kemudahan masuknya barang impor darinegara – negara Barat, dan
berbagai kebijakan Pemerintah yang selalu memihak terhadapperusahaan asing jika terjadi konflik antara
buruh lokal dan perusahaan asing tersebut.Indonesia dalam hal ini berada
dalam posisi sebagai negara perifer yang selalu bergantungpada negara – negara sentral. Indonesia
diposisikan sebagai pemasok tenaga kerja yangmurah serta bahan mentah dalam pembagian kerja global tersebut.Kondisi
dependensia ini menjadi sebuah ”bom waktu” bagi Indonesia. Terbukti, setelahPerang Dingin berakhir dan nilai strategis
Indonesia dalam teori containment
hilang, makaberbagai akses terhadap sumber pendanaan luar
negeri tersebut menjadi sulit. Stabilitasekonomi dan politik dalam
negeri menjadi terganggu dan akhirnya berpuncak pada terjadinyaKrisis Moneter
tahun 1998. Pihak asing pun telah menguasai banyak sumber daya strategisdalam negeri melalui berbagai perusahaan
multinasional.Meski begitu, di luar berbagai efek negatif yang
disebabkan oleh bantuan luar negeriyang
masuk ke Indonesia, terbentuknya IGGI tetap dapat dilihat sebagai keberhasilan
diplomasipembangunan pertama Indonesia, karena merupakan bentuk
kepercayaan luar negeri yangdilembagakan. Hal lain yang menjadi sasaran politik
luar negeri indonesia dijelaskan secaralebih
spesifik dan rinci pada TAP MPR RI No. II/ MPR/ 1983 yang menandakan bahwaindonesia sudah mulai mengikuti dinamika politik
internasional yang berkembang saat itu.
Indonesia berusaha untuk mengangkat
hubungan yang lebih akrab dengan tetangga-tetangganya yang satu kawasan melalui
peningkatan hubungan ASEAN. Dengan demikian,Soeharto
mengalihkan prioritas politik luar negeri Indonesia dari lingkungan geografis
yanglebih luas, yakni dari Gerakan Asia-Afrika dan Non Blok, ke
lingkungan geografis yang lebihkecil.Soeharto
berusaha untuk mengangkat regionalisme Asia Tenggara sebagai landasanpolitik luar negeri Indonesia. Ia memberikan
prioritas yang paling utama kepada hubungan yangdekat dan harmonis melalui penggalangan kerja sama yang lebih mantap
dengan negara-negara tetangga karena di sinilah
terletak kepentingan nasional kita yang
paling vital.Karenanya
penciptaan kestabilan dan kerja sama regional di Asia Tenggara
mendapatkanprioritas yang tinggi”. Asia Tenggara yang diidam-idamkan Jenderal
Soeharto adalah suatuAsia Tenggara
yang terintegrasi, ia menjadi benteng dan pangkalan paling kuat
untukmenghadapi pengaruh ataupun intervensi dari luar. Ia juga harus mampus
menghadapiimperialisme dan
kolonialisme dalam bentuk apa pun dan dari pihak mana pun.Untuk
mencapai peningkatan stabilitas dan pengembangan
itulah Indonesiamemprakarsai pembentukan ASEAN yang lebih terintegrasi
melalui pembukaanpembukaanjalan menuju Komunitas ASEAN yang diharapkan dapat
memupuk dan membina kerja samayang lebih
erat dan berguna bagi pengembangan ketahanan masing-masing.
D. Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa
Reformasi B.J. Habibie
Pemerintahan pasca-orde baru ini setidaknya secara substansif dalam
landasan politikluar negerinya berusaha
untuk menuju kembali kepada masa kejayaan pada masa dulu.Indonesia yang tengah
meniti jalan menuju demokrasi yang menyeluruh. Dalam kaitannyadengan kondisi
dalam negeri, politik luar negeri Indonesia sejak kejatuhan pemerintahan OrdeBaru pada tahun 1998 tidak dapat dilepaskan dari
perubahan politik secara besar-besaran yangmengikuti kejatuhan
pemerintahan otoritarian tersebut. Pemerintahan
Habibie, yangmenggantikan Soeharto, merupakan salah satu contoh
tepat untuk menggambarkan pertautanantara
proses demokratisasi dan kebijakan luar negeri dari sebuah pemerintahan di masatransisi.Di
awal masa pemerintahannya, Habibie menghadapi persoalan legitimasi yang cukupserius. Tidak hanya menangani masalah ekonomi yang
akut, ia juga harus menyelesaikanmasalah HAM yang dihasilkan oleh
pemerintahan terdahulu. Untuk hal ini, Habibie berusahamendapatkan dukungan internasional melalui
beragam cara. Diantaranya, pemerintahan Habibie
menghasilkan dua Undang- Undang (UU) yang berkaitan dengan perlindungan atashak asasi manusia antara lain:1. UU
no.5/1998 mengenai Pengesahan Convention against Torture and other Cruel,Inhuman or Degrading Treatment or Punishment
2. UU
no.29/1999 mengenai Pengesahan Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination 1965.Selain
itu, pemerintahan Habibie pun berhasil
mendorong ratifikasi empat konvensiinternasional dalam masalah
hak-hak pekerja. Pembentukan Komnas Perempuan
jugadilakukan pada masa pemerintahan Habibie yang pendek
tersebut.Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Habibie menaikkan kembali
derajat kepercayaaninternasional
terhadap Indonesia.
Habibie mampu memperoleh simpati dari IMF dan BankDunia dengan keputusan
kedua lembaga tersebut untuk mencairkan program bantuan untukmengatasi krisis
ekonomi sebesar 43 milyar dolar dan bahkan menawarkan tambahan bantuansebesar 14 milyar dolar. Hal ini memperlihatkan
bahwa walaupun basis legitimasi dari kalangandomestik tidak
terlampau kuat, namun dukungan internasional
yang diperoleh melaluiserangkaian kebijakan untuk memberi citra positif kepada dunia
internasional memberikandukungan
bagi keberlangsungan pemerintahan Habibie saat periode transisi menuju
demokrasidimulai.Tetapi, Pemerintahan Habibie pula yang memberi
pelajaran penting bahwa kebijakanluar negeri, sebaliknya, juga dapat memberi
dampak negatif bagi kelangsungan pemerintahantransisi.
Kebijakan Habibie dalam persoalan Timor-Timur menunjukan hal ini dengan jelas.Habibie
mengeluarkan pernyataan pertama mengenai isu Timor-Timur pada bulan Juni
1998dimana ia mengajukan tawaran untuk pemberlakuan otonomi seluas-luasnya
untuk provinsiTimor Timur. Hingga pada akhirnya
Indonesia harus kehilangan Timor- Timur melalui jajakpendapat. Aksi kekerasan
yang terjadi sebelum dan setelah referendum kemudian memojokkanpemerintahan Habibie.
Habibie kehilangan legitimasi baik dimata masyarakat internasionalmaupun domestik. Di mata
internasional, ia dinilai gagal mengontrol TNI,
yang dalampernyataan-pernyataannya
mendukung langkah presiden Habibie menawarkan
refendum,namun di lapangan mendukung milisi pro integrasi yang
berujung pada tindakan kekerasan diTimor
Timur setelah referendum. Abdurrahman
Wahid.
Pemilu
pada 1999 membawa Abdurrahman Wahid sebagai presiden terpilih periode1999-2004. Tidak banyak kemajuan yang terjadi
pada masa pemerintahannya, terutama dalampolitik luar negeri.
Terlepas
dari perjalanan transisi menuju demokrasi,
kepercayaaninternasional
masih terasa rendah terhadap Indonesia. Hubungan sipil militer menjadi
salahsatu isu utama dalam perjalanan transisi menuju demokrasi di Indonesia. Dinamika
hubungansipil militer ini terutama terlihat dalam isu separatisme, baik di Aceh
maupun Papua. Isu Timor Timur seperti menjadi contoh penting yang
memperlihatkan keterkaitan antara faktor domestik(hubungan sipil militer) dan faktor eksternal (diplomasi dan politik
luar negeri).Hubungan sipil militer
merupakan salah satu isu utama dalam perjalanan transisi menujudemokrasi di Indonesia. Dinamika hubungan sipil
militer ini terutama terlihat dalam isuseparatisme,
baik di Aceh maupun Papua. Isu Timor Timur seperti di uraikan diatas jugamenjadi
contoh penting yang memperlihatkan keterkaitan antara faktor domestik
(hubungansipil militer) dan faktor eksternal (diplomasi dan politik luar
negeri). Bila dalam periode Habibie terjadi hubungan saling ketergantungan
antara pemerintahan Habibie dengan TNI, pada masaAbdurrahman Wahid terjadi
power struggle yang intensif antara presiden Wahid dengan
TNIsebagai akibat dari usahanya untuk menerapkan kontrol sipil atas militer
yang subyektif sifatnya.Pasca
reformasi, ketika Abdurrahman Wahid memimpin Indonesia, politik luar
negeriIndonesia cenderung mirip dengan politik luar negeri Indonesia yang
dijalankan oleh Soekarnopada masa orde
lama, dimana lebih menekankan pada peningkatan citra Indonesia pada
duniainternasional. Pada masa pemerintahannya, politik internasional RI menjadi
tidak jelas arahnya.Hubungan RI dengan dunia Barat mengalami kemunduran setelah
lepasnya Timor Timur. Salahsatu yang paling menonjol adalah memburuknya
hubungan antara RI dengan Australia. Wahidmemiliki cita-cita mengembalikan
citra Indonesia di mata internasional, untuk itu dia melakukanbanyak kunjungan ke luar negeri selama satu tahun
awal pemerintahannya sebagai bentukimplementasi dari tujuan tersebut. Dalam
setiap kunjungan luar negeri yang ekstensif selamamasa pemerintahannya yang singkat, Abdurrahman Wahid secara konstan
mengangkat isu-isudomestik dalam pertemuannya dengan setiap kepala
negara yang dikunjunginya. Termasukdalam hal ini, selain isu Timor Timur,
adalah soal integritas teritorial Indonesia seperti dalamkasus Aceh dan isu perbaikan ekonomi. Namun,
sebagian besar kunjungan – kunjungannya itutidak memiliki agenda yang jelas. Bahkan, dengan alasan yang absurd,
Wahid berencanamembuka hubungan diplomatik dengan Israel, sebuah rencana
yang mendapat reaksi keras didalam negeri. Dan
dengan tipe politik luar negeri Indonesia yang seperti ini membuat politik
luar negeri Indonesia menjadi tidak fokus yang pada akhirnya hanya membuat
berbagai usaha yangtelah dijalankan oleh Gus Dur menjadi sia-sia karena kurang
adanya implementasi yang konkrit.
sumber : http://politik.kompasiana.com/2012/03/03/perkembangan-politik-luar-negeri-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar