Selasa, 31 Mei 2011

Hari tanpa Tembakau

Pada tanggal 31 Mei 2011 bertepatan pada hari Selasa. Seluruh dunia merayakan "Hari tanpa Tembakau Sedunia". Hmm .. sampai ada harinya juga ya .. Oh iya blogs tahu ngga jumlah perokok di Indonesia termasuk negara ke-3 sedunia lho, hhu wow !! and you know what?? kematian akibat merokok di Indonesia telah mencapai 400 orang per tahun. Padahal banyak orang yang mengetahui akibat dari merokok, apa saja yang terkandung dalam rokok, yaa intinya sebenarnya mereka tahun bahaya rokok itu seperti apa tapi mengapa mereka kebanyakan masih saja mengisap rokok. Itu namanya MANUSIA BODOH jatuh dalam lubang yang sama. Tapi menurut saya bagaimana mau berkurang sedangkan perokok pasif lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif yaa mau tidak mau perokok pasif berubah menjadi perokok aktif.
Semoga saja ada program yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia agar Indonesia menjadi bebas rokok yaa dimulai dari kota depoklah ya, hehe tapi intinya mengurangi rokok dimulai dari KITA SENDIRI :)

Minggu, 29 Mei 2011

Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia


PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA


Disusun oleh :
          Mega Brilianingrum
          14210307
          1EA01







                            
UNIVERSITAS GUNADARMA
       Tahun ajaran 2010/2011

Abstrak
Makalah ini berisikan uraian tentang kemiskinan di Indonesia, khususnya tentang penanggulangan kemiskinan selain itu kita dapat mengetahui secara jelas tentang Kemiskinan yang melanda di Indonesia,  dari sebuah garis kemiskinan sampai pendekatan-pendekatan kemiskinan dan agar masyarakat mempelajari bagaimana negara ini dapat menuju kesejahteraan dan kita dapat mengantisipasi terjadinya kemiskinan dengan cara terus bekerja agar mendapatkan penghasilkan yang mencukupi.  Disini juga adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dimana pemerintah tetap harus menjadi facilitator dan dinamisator terhadap semua keinginan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Pada tahun 2005, Pemerintah melalui TKPK, telah meluncurkan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) yang selanjutnya diintegrasikan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 pada Bab XVI. SNPK tersebut disusun secara partisipatif dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan telah mengakomodasi pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs).
Strategi yang ditetapkan dalam SNPK adalah:
  1. Perluasan Kesempatan;
  2. Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat;
  3. Peningkatan Kapasitas;
  4. Perlindungan Sosial; dan
  5. Penataan Kemitraan Global.
1. Pendahuluan
    1.1. Latar Belakang
Penanggulangan kemiskinan telah menjadi agenda dan prioritas utama pembangunan nasional sejak lama. Berbagai kebijakan, strateg, program dan proyek penanggulangan kemiskinan baik yang bersifat langsung (program langsung) maupun yang bersifat tidak langsung (program sektoral dan regional) telah diimplementasikan baik dalam skala nasional maupun local. Hasil yang dicapai dari berbagai upaya pemerintah tersebut secara statistic cukup menggembirakan yang terbukti dari berkurangnya jumlah pendedek secara signifikan sampai dengan tahun 1997. Krisis moneter yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi dan politik pada gilirannya telah meluluh lantakkan prestasi pembangunan dan perekonomian Indonesia. Dampak krisis ekonomi yang masih dapat dirasakan sampai saat ini secara empiris telah membawa konsekuensi kepada meningkatnya jimlah penduduk miskin sekaligus jumlah penganggur yang sangat besar.
Secara politis, pemerintah mempunyai tugas dan tanggung jawab administrative untuk memecahkan masalah kemiskinan secara tuntas. Namun dalam kenyataannya pemerintah mempunyai keterbatasan kemampuan, baik secara financial maupun manajerial. Oleh karena itu, dalam upaya penanggulangan kemiskinan perlu lemibatkan seluruh unsur stakeholder termasuk kalangan usahawan, perbankan, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan berbagai representasi stakeholder lainnya. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi maka peranan pemerintah daerah ( provinsi dan kabupaten/kota) menjadi sangat strategi dalam mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan tingkat local. seiring dengan meningkatnya tuntutan pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance) maka upaya penanggulangan kemiskinan harus didasarkan paling tidak pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi. 
Secara substansial, upaya penanggulangan kemiskinan perlu diwujudkan melalui strategi dasar pemberdayaan masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan peran serta aktif masyarakat dalam berusaha, meningkatkan pendapatan serta pada akhirnya dapat mencapai kesejahteraan secara mandiri dan berkelanjutan.

    1.2. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, penulis merumuskan masalah seperti dibawah ini:
1.      Definisi dan Garis Kemiskinan
2.      Sebab-sebab Kemiskinan
3.      karakteristik Masyarakat Miskin
4.      Penduduk Miskin
5.      Upaya Penanggulangan Kemiskinan
6.      Paradigma Baru Penganggulangan Kemiskinan
7.      Pendekatan-pendekatan Kemiskinan

   1.3. Tujuan
Tujuan penulisan membuat karya tulis tentang pangangguran di indoensia karena, sebagai berikut:
1.      Definisi dan Garis Kemiskinan
2.      Sebab-sebab Kemiskinan
3.      Karakteristik Masyarakat Miskin
4.      Penduduk Miskin
5.      Upaya Penanggulangan Kemiskinan
6.      Paradigma Baru Penanggulangan Kemiskinan
7.      Pendekatan-pendekatan kemiskinan

    1.4. Manfaat
            Adapun manfaat-maanfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian penanggulangan kemiskinan di Indonesia ini adalah untuk mengetahui secara jelas tentang Kemiskinan yang melanda di Indonesia,  dari sebuah garis kemiskinan sampai pendekatan-pendekatan kemiskinan dan agar masyarakat mempelajari bagaimana negara ini dapat menuju kesejahteraan, sehingga angka-angka kemiskinan yang merupakan beban kita dapat diturunkan tahun demi tahun menuju suatu negara yang sejahtera. Kita menyadari bahwa masalah-masalah yang berat terus terjadi, seperti masalah social, masalah konflik, yang disebabkan karena tingginya angka kemiskinan, pengangguran dan sebagainya.
2. Landasan Teori
    2.1. Definisi dan Garis Kemiskinan
            Kemiskinan merupakan masalah yang multidimensional sehingga diperlukan solusi pemecahan yang sistemik, komprehensif, terpadu dan berkelanjutan. Pemerintah telah memprioritaskan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat yang diwujudkan dalam program-program pembangunan serta dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dalam mengefektifkan upaya penanggulangan kemiskinan perlu terdapat kesepakatan definisi diantara semua stakeholder agar dapat menghasilkan targeting penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran baik pada penduduk miskin maupun program yang akan dilaksanakan. Komite Penanggulangan Kemiskinan dalam hal ini menggunakan definisi kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu ketidakmampuan untuk memenuhi standar tertentu dari kebutuhan dasa, baik makana maupun non-makanan. Standar ini disebut garis kemiskinan, yaitu nilai pengeluaran konsumsi kebutuhan daar makanan setara dengan 2100 kalori energi per kapita per hari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan dasar non-makanan yang paling pokok.
            Garis kemiskinan dari tahun 2002 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan dalam hal ini perlu upaya penanggulangan kemiskinan, berikut data Perkembanga Garis Kemiskinan (2002-2010):

Perkembangan Garis Kemiskinan (2002-2010)
Tahun
Garis Kemiskinan (rupiah/kapita/bulan)
KOTA
DESA
2002
130.499
96.512
2003
138.805
105.888
2007
                          146 837
                          166 697
2008
204.896
161.831
2009
222.123
179.835
2010
232.988
192.354

    2.2 Sebab-sebab Kemiskinan
            Beberapa factor yang dinilai sebagai sebab-sebab- kemiskinan antara lain:
1.      Kesempatan kerja, simana seorang tiu miskin karena menganggur, sehingga tidak memperoleh penghasilan atau kalau bekerja tidak penuh, baik dalam ukuran hari, minggu, bulan maupun tahun.
2.      Upah gaji dibawah minimum,
3.      Produktivitas kerja yang rendah,
4.      Ketiadaan asset,
5.      Diskriminasi,
6.      Tekanan harga, dan
7.      Penjualan tanah.

    2.3. Karakteristik Masyarakat Miskin
Karakteristik Masyarakat Miskin secara umum ditandai oleh ketidakberdayaan/ketidakmampuan (powerlessness) dalam hal:
1.                          Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan,
2.                          Melakukan kegiatan usaha produktif,
3.                          Menjangkau akses sumberdaya social dan ekonomi,
4.                          Memenuhi nasibnya sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan, serta sikap apatis dan fatalistic,
5.                          Membebaskan diri dari mentaldan budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah.

    2.4. Penduduk Miskin
            Penduduk Miskin di Indonesia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu penduduk miskin yang diakibatkan oleh kemiskinan kronis atau kemiskinan structural yang terjadi terus-menerus dan kemiskinan sementara yang ditandai dengan menurunnya pendapatan masyarakat secara sementara sebagai akibat dari kondisi normal menjadi kondisi krisis.

    2.5. Upaya Penanggulangan Kemiskinan
            Untuk menanggulangi kemiskinan di kota, usaha yang bakal sensitive mengena langsung kepentingan penduduk miskin adalah program di bidang ketenagakerjaan di kota dan penyediaan kelengkapan kota yang ditujukan utamanya kepada penduduk miskin. Misalnya, program untuk penyediaan air bersih secara lebih merata, sanitasi dan jamban umum yang makin banyak, terpelihara dan dapat digunakan secara luas oleh penduduk miskin, program permukiman yang bijaksana guna melindungi lapis termiskin di kota ini agar mereka tidak secara terus menerus terancam penggusuran dan kehancuran bangunan social pabriknya.
            Di bidang ketenagakerjaan, sebagian besar penduduk miskin di kota terdiri atas pekerja sector informal, buruh lepas dan pekerja industri besar, menengahmaupun kecil yang belum menerapkan secara seksama ketentuan tentang upah inimum dan Hubungan Industrial Pancasila. Tantangan utama program penanggulangan lemiskinan juga terletak pada aspek pengelolaan program, pemahaman dimensi konsepsi, operasionalisasi dan rinci pelaksanaannya, serta last but least komitmen di semua lapisan jajaran pelaksana program.

    2.6. Paradigma Baru Penanggulangan Kemiskinan
            Saat ini secara sibstansial telah terjadi perubahan terhadap paradigma penanggulangan kemiskinan, yaitu menjadi suatu gerakan nasional yang dilakukan oleh masyarakat dengan subjek sasaran pada aspek manusianya. Kelompok sasaran adalah kelompok masyarakat miskin potensial produktif dan proses pelaksaan kegiatan dalam wadah kelompok masyarakat (pokmas) dengan menggunakan mekanisme musyawarah mufakat.
Paradigma baru dalam penanggulangan kemiskinan adalah berdasarkan prinsip-prinsip adil dan merata, partisipasif, demokratis mekanisme pasar, tertib hukum, dan saling percaya yang menciptakan rasa aman.

    2.7. Pendekatan-pendekatan Kemiskinan
            1. Pendekatan cultural
            Tokoh utama yang menggunakan pendekatan cultural adalah Oscar Lewis (1966). Dengan konsep cultural poverty, Lewis berpendapat bahwa kemiskinan adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi yang berlangsung lama.
            2. Pendekatan Situasional
            Charles A. Valentine (1968) menggunakan asumsi yang berbeda dari asumsi Lewis, Ia mengatakan bahwa cirri-ciri subkultur orang miskin seperti yang digambarkan oleh Lewis bukanlah hasil kebudayaan turun temuru. Menurut Valentine,untuk mengubah keadaan orang-orang miskin ke araj orang yang lebih baik harus diadakan perubahan simultan dalam 3 hal, yaitu penambahkan resources bagi orang miskin, perubahan struktur social, dan perubahan-perubahan di dalam subkultur masyarakat orang tersebut.
            3. Pendekatan Interaksional
            Menurut Gan, perilaku dan cirri-ciri yang dilakukan kau miskin merupakan hasil interaksi antara factor kebudayaan yang sudah tertanam dalam diri kita mereka dan factor situasi yang menekan.

3. Metode Penelitian
Kuantitatif
            Terjadinya kemiskinan di Indonesia salah satunya disebabkan oleh banyaknya tingkat pengangguran di Indonesia yang menyebabkan tidak adanya penghasilan yang didapat sehingga timbullah masalah kemiskinan. Berikut data dari Sensus Penduduk tahun 2000:
Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut golongan umur pada tahun 2000
Indikator ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang sedang mencari pekerjaan, dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dengan menggunakan rumus:
Tingkat Penganguran : ∑ orang yang mencari pekerjaan x 100%
                                                    ∑ angkatan kerja



4. Penutup
    4.1. Kesimpulan
            Penanggulangan kemiskinan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tanggung jawab Pemerintah semata. Namun demikian pemerintah tetap harus menjadi facilitator dan dinamisator terhadap semua keinginan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Melihat kondisi yang kita hadapi sekarang, maka untuk jangka yang relative masih panjang, jumlah penduduk miskin masih akan tetap meningkat, dengan adanya landasan teori yang ditulis dapat membantu kita lebih mengenal kemiskinan di Indonesia agar dapat kita upayakan penanggulangan kemiskinan yang terjadi, dengan adanya sebab-sebab dari kemiskinan kita berpartisipasi dalam penanggulangan kemiskinan agar tingkat kemiskinan tidak terus meningkat melainkan menurun.

    4.2. Saran
      Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1.                Pemerintah tetap harus menjadi fasilitator dan dinamisator terhadap semua keinginan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
2.                Pemerintah seharusnya jangan sering melaksanakan pembangunan-pembangunan gedung atau semacamnya karena di sekitarnya masih banyak warga miskin yang seharusnya banyak diperhatikan keberadaannya, karena kadangkala beberapa dari mereka sama sekali tidak memiliki tempat tinggal.
3.                Masyarakat juga harus prihatin dan bekerja sama, bergotong-royong dalam menciptakan suasana yang kondusif, dan untuk melakukan pencapaian tujuan menuntaskan masalah kemiskinan yang semakin marak.
    4.3. Solusi
a. Mengemukakan hal yang dapat diungkap seperti harapan-harapan dan gagasan mereka tentang cara keluar dari kemiskinan yang mereka hadapi.
b. Pemerintah turut serta membantu dalam upaya pengentasan dan pembasmian kemiskinan di berbagai daerah di Indonesia dengan melakukan analisis atau survey guna mengetahui lebih dini gejala kecendrungan fenomena kemiskinan
Daftar Pustaka

Krinamurthi, Bayu, 2003. Pengembangan KEuangan Mikro dan Penanggulangan Kemiskinan. Dalam jurnal ekonomi rakyat.

Rahardjo, M. Dawan, 2003. Menuju Indonesia Sejahtera, Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan. Jakarta: Khanata, pustaka LP3ES Indonesia 2006

Surbakti, Soedarti, 2003. Komite Penanggulangan Kemiskinan, Data dan Informasi Kemiskinan tahun 2004, Jakarta.

Wirosardjono, Soetjipto, 1996. Seri Kajian Fiskal dan Moneter, Strategi, Perencanaan dan Evaluasi Pengentasan Kemiskinan, CFMS, Jakarta no.6/Vll/1996

Sumodiningrat, Gunawan, 2003. Komite Penanggulangan Kemiskinan, Kesempatan bersama antara komite Penanggulangan Kemiskinan dengan Bank Indonesia (edisi 6), Edisi Kedua Cetakan Kedelapan, Jakarta.

Sumodiningrat, Gunawan, 2004, Komite Penanggulangan Kemiskinan, Pedoman Umum dan Agenda Kerja (edisi 2), Edisi Kedua Cetakan Kedua, Jakarta.

Ancok, Djamaluddin, 1995, Pemanfaatan Organisasi Lokal untuk Mengentaskan Kemiskinan,

exercise in May


Tugas “Buat kalimat positive, negative, dan introgative dalam Simple Past Tense, Simple Present Perfect dan Simple Past Perfect

Ø      Simple Past Tense
1.      (+) We finished our meal
(-) We didn’t finish our meal
(?) Did they finish their meal?

2.      (+) Sinjo cooked fried chicken to Filza
(-) Sinjo didn’t cook fried chicken to Filza
(?) Did she cook fried chicken to Filza?

            3.   (+) Arika went to Banten by bus
                  (-) Arika didn’t go to Banten by bus
                  (?) Did she go to Banten by bus?

4.      (+) Dita bought a dress at factory outlet
      (-) Dita didn’t buy a dress at factory outlet
      (?) Did she buy a dress at factory outlet?

5.      (+) Tulusey ate steak at Restaurant
(-) Tulusey didn’t eat steak at Restaurant
(?) Did she eat steak at Restaurant?

Ø      Simple Present Perfect Tense
1.      (+) Priliani has read a novel
(-) Priliani hasn’t read a novel
(?) Has she read a novel?

2.      (+) Giyarid has cooked a cake
(-) Giyarid hasn’t cooked a cake
(?) Has she cooked a cake?

3.      (+) I have washed the dishes
(-) I haven’t washed the dishes
(?) Have you washed the dishes?

4.      (+) The dogs have eaten their food
(-) The dogs haven’t eaten their food
(?) Have the dogs eaten their food?

5.      (+) The programmer has finished
(-) The programmer hasn’t finished
(?) Has programmer finished?

Ø      Simple Past Perfect Tense
1.      (+) He had a rose before he went to his girlfriend’s house.
(-) He had not bought a rose before he went to his girlfriend’s house.
(?) Had he bought a rose before he went to his girlfriend’s house?

2.      (+) She had read the entire book yet when she wrote the exam.
(-) She hadn’t read the entire book yet when she wrote the exam.
(?) Had she read the entire book yet when she wrote the exam?

3.      (+) They had gone to bed by ten o’clock
(-) They hadn’t gone to bed by ten o’clock
(?) Had they gone to bed by ten o’clock?

4.      (+) The cat had killed the parrot
(-) The cat hadn’t killed the parrot
(?) Had the cat killed the parrot?

5.      (+) I had gone when he arrived at my home
      (-) I hadn’t gone when he arrived at my home
      (?) Had you gone when he arrived at my home?
                       

Tugas “Cari materi mengenai Noun Clause beserta sumbernya”


Noun Clause

Noun Clause adalah Clause yang digunakan sebagai pengganti noun atau berfungsi sebagai noun (kata benda). Selain Noun Clause ini, sebenarnya masih ada clause lainnya seperti Adverb Clause dan Adjective Clause. Untuk mendalami penjelasan mengenai Noun Clause, silahkan perhatikan penjelasan di bawah ini:

Menurut jenis kalimat asalnya, Noun Clause dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu:
  1. Statement (pernyataan)
  2. Question (pertanyaan)
  3. Request (permintaan)
  4. Exclamation (seruan).
Penjelasan:

1. Statement

a. Conjunction yang dipakai adalah: "that"

b. Fungsi Klausa ini adalah sebagai:

1) Subjek Kalimat
  • Kangaroo lives in Australia (statement)
  • That Kangaroo lives is Australia is well known to all (Noun Clause)
2) Subjek Kalimat setelah "It"
  • It is well known to all that Kangaroo lives in Australia
3) Objek Pelengkap
  • My conclusion is that Kangaroo lives in Australia
4) Objek Kata Kerja
  • All people understand well that Kangaroo lives in Australia
5) Apositif
  • My conclusion that Kangaroo lives is Australia is correct.
2.      Question

A. Yes/No Question

a. Conjunction yang dipakai adalah: "whether (or not/or if)"

b. Fungsi Klausa ini adalah sebagai:

1) Subjek Kalimat
  • Can she drive the car? (Question)
  • Whether she can drive the car doesn't concern me. (Noun Clause)
    = Whether or not she can drive the car doesn't concern me. (Noun Clause)
    = Whether she can drive the car or not doesn't concern me. (Noun Clause)
    = Whether or if she can drive the car doesn't concern me. (Noun Clause)
2) Objek Pelengkap
  • My question is whether she can drive the car.
3) Objek Kata Kerja
  • I really wonder whether she can drive the car (or not).
4) Objek Kata Depan
  • We discussed about whether she can drive the car.
B. Wh- Question

a. Conjunction yang dipakai adalah: "kata Tanya itu sendiri"

b. Fungsi Klausa ini adalah sebagai:

1) Subjek Kalimat
  • What is he doing? (Question)
  • What she is doing doesn't concern me. (Noun Clause)
2) Objek Pelengkap
  • My question is what she is doing.
3) Objek Kata Kerja
  • I really wonder what she is doing.
4) Objek Kata Depan
  • We discussed about what she is doing.
Catatan:

Posisi kembali normal, tidak seperti posisi sebuah pertanyaan normal.

3. Request

a. Conjunction yang dipakai adalah: "that"

b. Fungsi Klausa ini adalah sebagai:

1) Objek Kata Kerja
  • Read the book! (Request)
  • He suggested that I read the book. (Noun Clause)
Catatan:

Tanda seru hilang.

4. Exclamation

a. Conjunction yang dipakai adalah: "kata Tanya yang dipakai pada kalimat itu sendiri"

b. Fungsi Klausa ini adalah sebagai:

1) Objek Kata Kerja
  • What a pretty girl she is? (Exclamation)
  • I never realize what a pretty girl she is. (Noun Clause)
2) Objek Kata Depan
  • We are talking about what a pretty girl she is.
Catatan Tambahan:
  • Noun Clause dengan "that" digunakan sebagai subjek dari suatu kalimat hanya dengan kata kerja tertentu. Dan kata kerja (verb) yang penting adalah linking verb, khususnya BE.
  • Noun Clause dengan "that" sering menjadi objek dari verb (kata kerja), beberapa verb berikut ini biasanya mempunyai subjek yang me�nunjukkan manusia. Kata-kata tersebut terutama sekali adalah verb yang digunakan dalam Indirect Speech Berta verb yang menyatakan kegiatan mental.
Kata Kerja Kalimat Tak Langsung

Admit, agree, allege, announce, argue, assert, assure, declare, aver, boast, claim, complain, confess, convince, deny, disagree, explain, foretell, hint, inform, insist, maintain, notify, persuade, pray, predict, proclaim, promise, relate, remark, remind, report, say, state, swear, teach, tell, threaten, warn

Kata Kerja Aktivitas Mental

Ascertain, assume, believe, calculate, care (untuk kalimat negative atau interrogative), conceive, conclude, consider, convince, decide, discover, doubt, dream, expect, fancy, feel, find out, forget, grant, guess, hear, hold (pendapat), hope, imagine, indicate, know, judge, learn, mean, mind (untuk kalimat negative atau interrogative), notice, perceive, presume, pretend, prove, question, realize, recall, reckon, recollect, reflect, regret, rejoice, remember, reveal, see, show, suppose, surmise, think, trust, understand, wish

Contoh:
  1. Alex thinks that Mary is ill.
  2. Bob told me that he had finished breakfast.
  3. Henry says that Jack is very busy.
  4. He insists that there is a mistake.
  5. He complained to his friend that his wife couldn't cook.
  • Dalam percakapan yang tidak resmi (informal) "that" sering dihilangkan dari objek Clause jika artinya (maksudnya) sudah jelas dapat dimengerti tanpa adanya "that".
Contoh:
  1. I am sorry (that) I couldn't meet you at the station.
  2. He says (that) they plan to come to the dance.
  3. We thought (that) you had already left for abroad.
  4. The reason we returned so early is, (that) one of the children got sick.
  • Noun Clause dari question (pertanyaan) yang terletak sesudah verb yang memerlukan 2 objek mungkin berfungsi sebagai salah satu atau kedua objek dari verb tersebut.
Contoh:   
  1. Give the man (Indirect Object) what is in this envelope (Direct Object)
  2. Give what is in the envelope  to the man.
  • Noun Clause dari pertanyaan mungkin diawali dengan kata-kata tanya yang berfungsi sebagai: Pronouns, Adjectives, atau Adverbs. Kata-kata yang dipakai adalah: Pronoun     = who (ever), what (ever(, which. (ever), Adjective = whose, what (ever), which (ever), Adverb = how (ever), when (ever), where (ever), why.
Contoh:
  1. We don't know who will be coming from the employment agency. (who adalah subjek dari will be coming)
  2. We don't know whom the employment agency will send. (whom adalah objek dari will send)
  3. We will ask whoever comes from the employment agency. (whoever adalah subjek dari comes)
  4. We will ask whomever the employment agency sends. (whomever adalah objek dari sends)
  • Dalam Noun Clause dari pertanyaan, subjek dan verb mempunyai susunan yang umum, yakni terletak sesudah introductory word.
  • Noun Clause dari permintaan dimulai dengan that- Clause ini paling sering merupakan objek dari verb yang menyatakan permintaan, saran, atau keinginan dan sebagainya.
Contoh:
  1. He is requesting that a company car be placed at his disposal.
  2. The doctor recommended that he take a vacation.
  3. It was suggested that she leave immediately.
  4. It was proposed that the meeting be adjourned.
  • Kadang-kadang "that" yang merupakan kata permulaan Clause dapat digantikan dengan susunan infinitive setelah kata-kata kerja yang menunjukkan permintaan seperti advise, ask, beg, command, desire, forbid, order, request, require, argue.
  • Subjek dari that-Clause sering dalam bentuk passive dari verbs of requesting dengan susunan anticipatory it.

Rasio Keuangan



  1. Ratio Likuiditas
    1. Current ratio
= Aktiva lancar / Utang lancar
    1. Cash ratio (Ratio of immediate solvency)
= (Kas + Efek) / Utang lancar
    1. Quick (Acid test) ratio
= (Kas + Efek + Piutang) / Utang lancer
    1. Working capital to total assets ratio
= (Aktiva lancar - Utang lancar) / Jumlah aktiva
Ø      Likuiditas dari total aktiva posisi modal kerja neto.

  1. Ratio Leverage
    1. Total debt to equity ratio
= (Utang lancar + Utang jangka panjang) / Jumlah modal sendiri
Ø      Bagian dari setiap Rupiah (Modal sendiri) yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang
    1. Total debt to total capital assets
= (Utang lancar + Utang jangka panjang) / (Jumlah modal / aktiva)
Ø      Beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana jangka dibelanjai dengan utang atau berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang.
    1. Long term debt to equity ratio
= Utang jangka panjang / Modal sendiri
    1. Tangible assets debt coverage
= (Jumlah aktiva - Intangible - utang lancar) / Utang jangka panjang
Ø      Besarnya aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang
    1. Times interest earned ratio
= EBIT / Bunga utang jangka panjang

  1. Ratio Aktivitas
    1. Total assets turnover
= Sales neto / Jumlah aktiva
    1. Receivable turnover
= Penjualan kredit / Piutang rata-rata
    1. Average collection periode
= (Piutang rata-rata x 369) / Sales credit
    1. Average day’s inventory
= (Inventory rata-rata x 360) / Harga produksi penjualan
    1. Working capital turnover
= Sales netto / (Aktiva lancar - Utang lancar)

Jumat, 20 Mei 2011

Peran Universitas Gunadarma dalam membangun masyarakat informasi di Indonesia


Salah satu universitas swasta di depok adalah Universitas Gunadarma. Kita akan membahas Universitas Gunadarma dalam artikel ini. Apalah kalian mengetahui sejarah Universitas Gunadarma?
Sejarah singkat Universitas Gunadarma
Sekelompok manusia yang mempunyai keinginan membuat program pendidikan. Berikut perubahan sebuah nama menjadi Gunadarma, seperti Program Pendidikan Ilmu Komputer (PPIK). PPIK menuntut suatu wadah melalui yayasan Sistem Analis dan Operation Research Matematika (SAOR Matematika) berubah menjadi Akademi Sains dan Komputer Indonesia (ASKI), pada bulan Juli 1984, melalui surat keputusan yayasan pendidikan Gunadarma, secara resmi nama Gunadarma di kukuhkan ke dalam sekolah tinggi menjadi Sekolah Tinggi Komputer Gunadarma (STKG). STKG berubah menjadi sekolah tinggi manajemen informatika komputer. Gunadarma berawal dengan status diakui, terdaftar sampai disamakan. Universitas Gunadarma bertahap dalam baik dalam jenjang pendidikan maupun jurusan dan kampus Universitas Gunadarma yang hanya fokus dalam bidang komputer kini melangkah dalam bidang ekonomi yang disebut Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Gunadarma (STIE Gunadarma). Banyak perubahan yang dialami Universitas Gunadarma dari tahun 1981 sampai sekarang, karena Universitas Gunadarma mempunyai tujuan “Menjadikan program pendidikan yang berbasis teknologi informasi dan mampu menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang relevan dengan tuntutan kebutuhan pembangunan bangsa dan negara.”
Universitas Gunadarma suatu program pendidikan yang tidak mungkin berjalan dengan lancar, karena tidak dapat dipungkiri masalah demi masalah yang sering dihadapi oleh Universitas Gunadarma. Salah satunya dengan sarana dan prasarana, karena setiap pembangunan yang akan dibangun harus ada sarana prasarana yang mendukung karena setiap calon mahasiswa atau orangtua calom mahasiswa selain melihat kualitas dari kampus tersebut mereka juga melihat dari gedung/sarana dan prasarananya dan permasalahan mutu-mutunya, mengapa? Karena calon mahasiswa/orang tua harus melihat peningkatan mutu dari Universitas Gunadarma itu sendiri, baik peningkatan mutu, pendidikan maupun peningkatan mutu ilmu di lingkungan Gunadarma.
Univesitas Gunadarma adalah Universitas swasta yang melakukan perubahannya berdasarkan tujuan dari Universitas Gunadarma itu sendiri (benar-benar dijalankan), karena pada usia Universitas Gunadarma yang ke-30 ini semakin bertambahnya tahun, bertambah pula persaingan yang sangat ketat dalam program pendidikan dan akan timbul berbagai kecanggihan teknologi lainnya. Maka dari itu Universitas Gunadarma sangat berpegang teguh pada tujuannya “Menjadikan penerus bangsa yang mengenal dan mempelajari tentang  Teknologi Informasi dalam bidang apapun” yang akan selalu dapat digunakan, seperti mencari pekerjaan, mempermudah pekerjaan dan lain-lain.
Sebagian masyarakat mempunyai pandangan lain terhadap Universitas Gunadarma baik pandangan pro maupun kontra. Pandangan untuk pro adalah masyarakat yang setuju karena dengan adanya program pendidikan (kampus) yang mengutamakan teknologi informatika karena secara langsung mahasiswa tidak dapat dikatakan “gagap teknologi” (gaptek) yang didukung oleh fasilitas yang memadai seperti laboratorium dan lain-lain. Sedangkan untuk pandangan kontra sebagian masyarakat memandang Universitas Gunadarma sebagai suatu Universitas swasta yang tidak berbobot dan mahal karena setiap calon mahasiswa selalu mengutamakan Perguruan Tinggi Negeri. Padahal belajar dalam perkuliahan baik di Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta sama saja karena sekarang ini sebagian besar tidak memberi pengaruh terhadap kesuksesan seseorang untuk kuliah dimana semua tergantung pada diri kita sendiri.
Pada ulang tahun Universitas Gunadarma yang ke-30 pada tahun ini Universitas Gunadarma banyak mengalami kemajuan seperti bertambahnya gedung, bertambahnya jurusan Komunikasi dan bertambahnya program beasiswa di Gunadarma. Universitas Gunadarma juga membuka pendaftaran mahasiswa baru dan memperbanyak program beasiswa untuk mahasiswa dalam kategori kurang mampu, mahasiswa aktif, dan mahasiswa berprestasi karena Universitas Gunadarma tidak akan mempersulit calon mahasiswa untuk menuntut ilmu khususnya di Universitas Gunadarma.